“Skandal Abdi Negara (PNS) di Lampung Tengah: Preman Terekam Paksa Keluarga Ibu Inay Bayar Hutang, Diduga Dukung Oknum Kepala Sekolah Berinisial Dw!”
globalindonesia.info – Kampung Rawa semut, Margahayu, Bekasi Timur — Aksi premanisme yang mengancam dan menebar teror kembali memanas di Kota Bekasi. Kali ini, keluarga Ibu Inay, seorang ibu rumah tangga (58) memiliki tiga anak dan satu cucu yang tinggal di Kampung Rawa semut,Margahayu,Bekasi Timur, menjadi korban intimidasi sekelompok preman yang menagih hutang secara paksa serta ada pengerahan anggota mereka yg terkam oleh cctv yang ada di lokasi. Yang mengejutkan, aksi preman tersebut diduga kuat mendapat sokongan dari seseorang berinisial Dw (45), seorang kepala sekolah SMA Negeri di wilayah Lampung Tengah, yang disebut-sebut sebagai “aktor intelektual” di balik tekanan sistematis terhadap keluarga rentan ini. Intimidasi Berkedok dan bermodalkan surat kuasa yang di terbitkan oleh DW Menurut pengakuan keluarga korban, para preman yang mengatasnamakan telah mendatangi rumah Ibu Inay mulai dari bulan September 2024 dengan intensitas yang tinggi.
Mereka menuntut pelunasan hutang sebesar Rp1,2 M yang dituduhkan secara sepihak bahwa ibu Inay yang telah menggelapkan uang tersebut. Aksi preman ini tidak hanya mengancam, tetapi juga merusak properti keluarga, termasuk mencabut filter aquarium yang menyebabkan ikan peliharaan yang ada didalamnya mati dan berteriak serta mencoba membuka pintu rumah . “Setiap datang, mereka teriak-teriak dan bilang hutang harus dibayar, mereka akan memasang segel dan atau mengambil alih paksa rumah keluarga ibu inay’. Saya beserta suami, anak,menantu serta cucu saya takut sekali.,” ujar Inay dengan suara bergetar. Keterlibatan Kepala Sekolah SMPN inisial Dw: Abuse of Power atau Salah Sangka? Yang memicu kecurigaan publik adalah keterlibatan Dewi, kepala sekolah SMP Negeri Lampung Tengah, yang disebut-sebut menjadi “dalang” di balik aksi preman ini.
.Selain itu, keluarga Inay mengaku mendapat paksaan untuk menandatangani surat perjanjian yang sudah di siapkan oleh inisial DW dengan mengirim utusannya berjumlah 3 orang, lalu mereka menekankan ibu inay dan keluarga agar “melunasi hutang “. “Bu Dewi bilang, kalau hutang tidak dilunasi, kepemilikan rumah tinggal ibu inay akan di ambil paksa!” tambah Inay. Respons Polisi dan Aktivis: “Ini Kasus Kekerasan Terstruktur!” Kapolsek Rawa Lumbu Kompol Ririn harus segera merespon atas apa yang terjadi kepada keluarga ibu inay untuk menyelidiki kasus ini. “Kami tidak toleransi terhadap premanisme. Jika ada oknum aparat atau tokoh masyarakat terlibat, pasti kami proses hukum,” tegas Kapolri dalam konferensi pers. Sementara itu, LSM BERKOORDINASI menduga kasus ini hanya puncak gunung es. “Ada pola sistematis di mana oknum berkedok pendidikan atau tokoh masyarakat memanfaatkan preman untuk menekan keluarga ibu inay. Ini harus diusut tuntas!” seru Koordinator BERKOORDINASI, Marjuddin Nazwar. Dw Bantah Terlibat: . “Jika kepala sekolah jadi backing preman, bagaimana masa depan anak didik?”
Ada apa dengan sistem pendidikan di Lampung Tengah jika kepala sekolah diduga menjadi pelindung preman? Berapa banyak korban serupa yang masih diam karena tekanan oknum berpengaruh? Bagaimana pemerintah daerah menjamin keamanan warga miskin dari praktik pemerasan berkedok “penyelesaian hutang”? Sembari menunggu proses hukum, keluarga Inay kini hidup dalam ketakutan. “Kami hanya ingin hidup tenang. Tolong hukum orang-orang yang merusak hak kami,” pintanya. Kasus ini menjadi ujian berat bagi Pemerintah Kota Bekasi. Jika tidak ditangani serius, bukan hanya kepercayaan publik yang runtuh, tetapi juga masa depan anak-cucu seperti milik Inay yang terancam rasa tekanan dan trauma akibat ulah oknum tak bertanggung jawab. (Red)