Sumpah Pemuda Gembira, imagine 1928, di SMA 1 PSKD Jakarta
Jakarta – GLOBALINDONESIA.INFO
Ada yang berbeda dalam perayaan SUMPAH PEMUDA 28 Oktober 2023 di salah-satu sekolah Kristen tertua, SMA 1 PSKD Jakarta.
Menurut Pdt Victor Rembeth, alumni sekaligus penggagas acara ini, memang kegiatan ini disiapkan agar anak anak SMA merasakan “feel” dari Kongres Pemuda dengan semangat spontanitas dan orang muda yang ambil peran utama. Untuk acara yang bertajuk, “Bincang Kebangsaan : Dia-Lo-Gue Anak SMA, SUmpah Pemuda 2023” anak-anak SMA dihadirkan menjadi pembicara utama dan juga melakukan protest interupsi di tengah-tengah pembahasan.
Acara yang diselenggarakan oleh OSIS SMA 1 PSKD dan dipimpin oleh ketua Panitia Siswi Rain Kotalaa, mengajak sekolah sekolah sekitar seperti SMA 1 Muhammadiyah Jakarta dan sekolah lainnya untuk memperingati Sumpah Pemuda dengan gaya Gen Z.
Tidak ada upacara sebagaimana biasanya yang mengikuti “pakem” negara, tapi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan mengingat kisah sang pencipta Wage Rudolf Supratman. Pembacaan Sumpah Pemuda pun dibacakan secara spontan dan disambut dengan slogan teriakan berbareng, “Sumpah Pemuda: Indonesia Beda, Sumpah Pemud; Indonesia Satu, Sumpah Pemuda: Indonesia Beda tapi Satu”.
Narasumber yang hebat dari anak-anak muda SMA menjadi penanda bahwa inilah acara orang orang muda. Ahmad dari SMA 1 Muhammadiyah, bicara soal hentikan tawuran dan hargai perbedaan. Yasmin dari SMA 1 PSKD sebagai siswa Muslim di sekolah Kristen merasakan indahnya toleransi. Cinta sebagai siswa Hindu di sekolah Kristen juga menyitir perlunya saling menghargai sesama walaupun berbeda.
Aliena Pesisir siswa MAN 2 Kudus yang khusus datang untuk acara ini juga memberikan inspirasi bahwa orang orang muda harus optimis dengan menjadi yang terbaik dimasa kini untuk bisa mengisi masa depan yang hebat.
Para pembahas yang dipandu oleh Pdt Victor Rembeth adalah Farah Adiba dari Eco Bhineka PP Muhammadiyah yang memberikan masukan untuk orang muda peduli lingkungan. Sebagaimana program dan kegiatan Eco Bhineka yang memadukan panggilan perbaikan lingkungan dan kebhinekaan, orang-orang muda diajak lebih perhatian dan mengusulkan tindak lanjut bersama. Prof Muhammad Alie Humaedi, sebagai antropolog ketua KSDK BRIN memaparkan dalam pembahasannya betapa indahnya Indonesia kalau dianalogikan dengan bumbu masak. Semua anak anak muda mendapatkan “feel” bahwa Indonesia itu berbeda bisa disatukan untuk nikmatnya persaudaraan.
Acara yang diisi dengan interupsi perihal “ajakan untuk memeperhatikan orang muda dalam kontestasi Pilpres dan Pemilu, Hentikan Kekerasan Seksual, Hentikan Hoaks dan Cintai yang berbeda” menjadi ajang bicara juga bagi Imelda Purba, seorang penerima penghargaan dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak perihal menghentikan kekerasan seksual dalam rumah tangga.
Anak anak SMA tetiba menjadi begitu dinamis dalam mengutarakan pendapat dan membayangkan kisah Kongres Pemuda 95 tahun lalu menjadi hidup dan dirasakan. Dalam kondisi politik kebangsaan diisi oleh “sampah” pertikaian kepentingan, orang orang muda selayaknya mendapat Pendidikan politik untuk mengembalikan Marwah satunya Indonesia dalam perbedaan.
Ferdinand Raturandang, seorang alumni yang mendukung penuh kegiatan ini, menutup kegiatan dengan dorongan agar anak-anak SMA ini akan menjadi pemimpin, Presiden, Menteri, gubernur dan semua posisi untuk Indonesia yang bermartabat ke depan.
Sebagai bagian dari sebuah organisasi Pendidikan Kristen, maka doa penutup dipimpin oleh Julian Saul, seorang alumni, dan diamini oleh berbagai keyakinan yang hadir. Semoga orang muda terus menghidupi SUMPAH PEMUDA.
(Rel)