KEMISKINAN DAN IKHTIAR KITA SEBAGAI MANUSIA

Penulis : Saiful Chaniago/Wasekjend SOKSI
Jakarta, GLOBAL_INDONESIA.com
Tentunya, banyak pendapat yang mendefinisikan tentang arti kemiskinan berdasarkan kondisi dan jenisnya. Saya membatasinya pada kepentingan yang lebih umum, terhadap arti kemiskinan, dan relatif dirasakan serta dihadapi oleh rata-rata masyarakat disekitar kita. Bahwa kemiskinan merupakan ketidakmampuan seseorang terhadap kebutuhan dasarnya dalam menjalani kepentingan kehidupan.

Setiap manusia diniscayakan untuk senantiasa menjalankan kehidupan, apapun kondisi dan masalah yang diperhadapkan kepadanya, demikian tentunya merupakan nilai kehidupan yang harus dipahami dengan baik, agar kita tidak terjebak oleh kondisi kehidupan yang dinamis. Kemiskinan adalah suatu kondisi yang dialami oleh kita yang rata-rata kurang memaknai nilai kehidupan, dan mudah putus asa dalam menjalani kepentingan kehidupan.

Dinamisasi kehidupan merupakan sesuatu yang tidak dapat kita hindari, karena suka ataupun tidak suka ‘kita tetap harus menghadapinya. Pertanyaannya, sejauh manakah kesiapan kita, tentu jawabannya adalah bagaimana kita mengenali potensi diri, untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan kebutuhan diri kita. Artinya, kita tidak boleh membiarkan potensi diri kita, tanpa dimanfaatkan untuk kepentingan kehidupan diri kita.

Apatisme kita terhadap potensi diri, tentunya akan berdampak terhadap rendahnya nilai kapasitas kita, yang berujung pada ketidakmampuan kita terhadap kebutuhan dasar hidup kita, nah’ demikian merupakan nilai kemiskinan.

*IKHTIAR*
Sebagai manusia yang diberikan potensi dan tanggungjawab dimuka bumi oleh Allah, maka kita diwajibkan untuk senantiasa belajar dan berpikir. Karena hanya dengan selalu belajar dan senantiasa berpikir, maka setiap manusia akan mendapatkan petunjuk terhadap seperti apa nilai dan seperti apa tujuan kehidupannya.

Kebanyakan kita, terjebak pada nilai dan tujuan yang seharusnya bukan merupakan kapasitas kita, akibat dari kesalahan dan kelalaian yang demikian ‘tentunya akan berdampak pada pesimisme yang berujung pada ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar kehidupan. Karenanya, nilai dan tujuan kehidupan semestinya harus menjadi parameter yang mempertegas setiap kita dalam memastikan kepentingan kehidupan.

Selama kita tidak mampu memahami nilai dan tujuan kehidupan kita, maka selama itupun kita akan terjebak pada dinamisasi kepentingan kehidupan, dan sebaliknya kalaupun kita mampu mempertegas nilai dan tujuan kehidupan kita, tentunya kita akan senantiasa terlepas dari kebelengguan kehidupan yang mengarahkan kita pada kondisi kehidupan yang memprihatinkan alias kemiskinan.

Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan serta petunjukNya kepada kita semua, yang selalu belajar dan senantiasa berpikir tentang makna kehidupan dunia..
*SAIFUL CHANIAGO*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *